Selasa, 30 April 2013

tentang Adit

"Dengan caranya sendiri, Adit selalu mampu mengajari saya untuk menjadi orang yang tidak terlalu banyak mengumbar kata yang tidak perlu—meskipun Anda bisa lihat saya selalu gagal melakukannya."
-Aan Mansyur pada http://hurufkecil.net/catatan-ini-ditulis-pada-suatu-malam-untuk-menghindari-twitter-yang-sedang-sibuk-bicara-tentang-susu/

entah kenapa aku tetiba tertarik buat baca artikel yang baru aja di posting sama salah satu penulis yang twitternya aku follow. memang sungguh bukan cerita yang penting, tapi pada segmen kedua-nya dia menceritakan tentang para sahabatnya. akhirnya bukan para sahabatnya lah yang jadi topik di segmen ini, tapi cuma satu, atas nama Adit. entah juga kenapa aku harus menemukan nama itu padahal sudah di tulisan orang lain, sungguh perasaan yang sangat awas terhadap satu nama itu. 

pada postingan sebelum-sebelumnya aku sudah pernah mencantumkan nama Adit juga tapi versi nama lengkap. dulu dia menyebut dirinya sebagai "kekasihnya Gandhes" di sebuah pesan singkat. dia lucu :) sekarang mungkin sudah bukan, mungkin lho yaa, karena dia belum di-sah-kan untuk secara resmi dimiliki orang lain atau yang lain lah. sebuah perpisahan, iya, bahkan aku menghindar untuk tidak mengambil langkah menemani dia yang memang sudah waktunya keluar dari pintu utama blok kosan setelah berdebat soal minta diantar. siapa yang sanggup? wong yang disayang pergi dan tidak tahu apakah akan kembali menyayangi atau tidak. pernah mengalami satu malam di mana kalian merasa itu malam terbaik kalian dengan pasangan padahal di situ letak kenyataannya kalau itu adalah malam terakhir kalian? pernah mengalami malam di mana cerita menjadi hangat, sentuhan tangan di ubun-ubun membuat perut kenyang, dan masih banyak lagi sih. pernah? aku pernah!

di antara semua kebingungan soal nasib hubungan, aku hanya bisa diam. apalagi yang bisa aku pikirkan dengan baik? kayak yang mendadak organ paling penting di kepalaku ini rusak sehingga kehilangan fungsinya. maju-mundur, iya-tidak, bagaimana-apa, sayang-tidak sayang, saling genggam-saling lepas. aku masih harus berpikir dengan jernih waktu itu; kuat-gak kuat dan siap-gak siap. tak juga rampung setelah berjam-jam tak berkepastian dan banyak selingan cerita serta tawa. esok berlanjut, kata "gak" dan okey, aku tenang dapat kepastian, saat itu, tapi tetap saja ada selingan saling genggam, ajakan makan, curi-curi kecup dan yah dua buah pelukan. air mata? keesokan harinya lagi dan hari-hari berikutnya :)

selesai.

dari tulisan yang aku kutip di atas, ternyata Adit-nya bang Aan Mansyur dan Adit-nya aku dulu punya karakter yang sama di mata kita berdua. kebetulan mungkin. dia selalu protes soal keluhanku dan kebiasaanku yang suka curhat. mungkin kalau sekarang dia bisa protes, dia bakalan protes soal kecerewetanku di twitter beberapa hari ini. sedikit menyebalkan memang isinya, aku sangat mengakui, hehe. entah kenapa dia bisa sangat pelan sekali memberitahukan sikap protesnya dia, walaupun pada akhirnya kadang dia menyerah dan, "bandel ya kamu ya, gak mau dengerin aku ya" sambil aduh-susah-ngejelasin-bentuk-bibir-gemesnya. begitulah dan sudah berlalu. dulu lucu, sekarang terkesan kaku kalau diingat lagi :)

aku dan bang Aan Mansyur ternyata sama, sama-sama suka menggagalkan ajaran sang Adit. apa kita sebandel itu bang Aan? maaf kalau terkesan sok kenal, tapi aku ngefans lho sama bang Aan :) apa ada saran tentang apa yang paling indah selain mengenang dan mengingat Adit?


salam,
Gandheswari Pujarani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar