Senin, 21 November 2011

cerita hujan sore

sepertimu yang sangat menyukai hujan, tampan. seperti tulisanmu tentang rindu pada hujan, sore ini saat aku menenggak sebotol air putih dan dua potong bolu pisang untuk memecahkan puasaku Senin ini, hujan turun. diawali dengan rintik sedikit deras, aku berlari di bawahnya, tetesannya dengan riang menyentuh kepalaku. terpaksa aku melindungi kepalaku dengan telapak tangan kananku biarpun percuma karena seluruh badanku sudah mulai terkena basah gerimisnya. seharusnya ada rapat sore tadi pukul 5, karena hujan dan hujannya semakin deras, hanya ada empat orang peserta rapat yang hadir ditambah satu orang kakak tingkat yang nimbrung di sana. akhirnya rapat tidak jadi diadakan tapi aku dan yang lain terpaksa terjebak di gazebo kampus untuk menunggu hujan menyelesaikan pekerjaannya, membuat tanah sore Jatinangor basah :). 

hujan sedikit mereda pukul 17.55, kami berlima memutuskan untuk memanfaatkan keredaan ini untuk pulang ke kisan masing-masing. gerimis manis itu masih tersisa belum habis, masih ingin dinikmati tampaknya olehku. aku naik ke atas motor adik tingkatku untuk diantarkannya pulang. caraku menyapa hujan memang beda denganmu, tampan. kamu perlu berpikir satu kali, dua kali, sampai lima kali, sedangkan aku tidak berpikir panjang lagi untuk menerobos hujan rintik tadi. kamu sangat-sangat ingin bermandi hujan, kalau aku terpaksa dan harus segera merelakan badanku untuk mandi hujan agar tidak terjebak lebih lama lagi di kampus. kamu mengendarai motor sendirian dengan kecepatan 100 km/jam dan kamu pelankan menjadi 20 km/jam, sedangkan aku, entah dengan kecepatan berapa aku tidak tau. 

seketika ingatanku berlari menuju ruang di mana tersimpan ceritamu tentang hujan. kamu bilang hujan itu Rahmat Allah SWT, aku juga berpendapat sama. itu membuatku menengadahkan kepalaku menatap langit mendung, membiarkan rintikan hujan jatuh rintik ke wajahku dan menghalangi pandangan kacamataku. badanku kedinginan, tapi bibirku menyunggingkan senyum, tidak menggigil. aku memejamkan mata untuk sejenak merasakan hujan yang kamu bilang Rahmat. seperti ikut larut dalam ceritamu tempo hari, seperti aku merasa adalah kamu yang memboncengku sore tadi, seperti berdua bermain hujan, seperti bukan berada diakhir November.

melalui hujan aku merasakanmu, melalui hujan aku memecah rinduku padamu, melalui hujan aku membiarkan airnya mengalir membawa rasaku sampai padamu, melalui hujan aku berdo'a untuk diriku dan kamu satu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar